BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal
pemenuhan kebutuhannya, manusia hanya mengambil dari alam sekitar tanpa
kegiatan budidaya (farming), dengan demikian belum memerlukan sarana produksi
pertanian. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, alam tidak dapat
menyediakan semua kebutuhan itu sehingga manusia mulai membudidayakan (farming)
secara ekstensif berbagai tanaman, hewan dan ikan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pada tahap ini kegiatan budidaya mulai menggunakan sarana produksi, dilakukan
dalarn pertanian itu sendiri (on farm) dan hanya untuk memenuhi kebutuhan
keluarga sendiri (home consumption).Tahap selanjutnya, ditandai dengan adanya
spesialisasi dalam kegiatan budidaya sebagai akibat pengaruh perkembangan
diluar sektor pertanian dan adanya perbedaan potensi sumberdaya alam (natural
endowment) antar daerah, perbedaan ketrampilan (skill )dalam masyarakat serta
terbukanya hubungan lalulintaantar daerah. Pada tahap ini, selain dikonsumsi
sendiri, hasil-hasil pertanian mulaidipasarkan dan diolah secara sederhana
sebelum dijual.
Perkembangan sektor pertanian selanjutnya
dipacu oleh kemajuan teknologi yang sangat pesat di sektor industri (kimia dan
mekanik) dan transportasi. Pertanian menjadi semakin maju dan kompleks dengan
ciri produktivitas per hektar yang semakin tinggi berkat penggunaan sarana
produksi pertanian yang dihasilkan oleh industri (pupuk dan pestisida).
Kegiatan pertanian semakin terspesialisasi menurut komoditi dan kegiatannya.
Namun, petani hanya melakukan kegiatan budidaya saja, sementara pengadaan
sarana produksi pertanian didominasi oleh sektor industri. Dipihak lain karena
proses pengolahan hasil-hasil pertanian untuk berbagai keperluan membutuhkan
teknologi yang semakin canggih dan skala yang besar agar ekonomis, maka
kegiatan ini pun didominasi oleh sektor industri pengolahan. Melalui prosespengolahan,
produk-produk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan danpemasarannyapun
menjadi lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat diekspor.Pada
tahap ini pembagian kerja di dalam kegiatan pertanian menjadi semakin jelas,
yaitu:kegiatan budidaya (farming) sebagai kegiatan pertanian dalam arti sempit,
kegiatan produksi sarana pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu dan
kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagai industri hilir. Spesialisasi
fungsional dalam kegiatan pertanian seperti yang telah dikemukakan diatas
meliputi seluruh kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan pertanian dan keseluruhannya disebut sistem "Agribisnis'.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa Pengertian agribisnis
terhadap pertanian ?
2. Apa saja Strategidalammengembangkan kegiatan
agribisnis ?
3. Apa saja Peranan agribisnis
sebagai suatu sistem dalam pengembangan sektor pertanian di Indonesia ?
4. Apa saja Kendala atau hambatan
dalam membangun agribisnis ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui Pengertian agribisnis terhadap pertanian
2. Untuk
mengetahui mengembangkan kegiatan agribisnis
3. Untuk
mengetahui Peranan agribisnis sebagai suatu sistem dalam pengembangan sektor
pertanian di Indonesia
4. MemaparkanKendala atau hambatan
dalam membangun agribisnis
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan sistem pertanian yang
saling terkait mulai dari sistem hulu sampai dengan sistem hilir yang
memanfaatkan sumber daya yang ada dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. (Saragih,1997) Industri hulu adalah sektor yang memproduksi
alat-alat dan mesin pertanian serta industri sarana produksi yang digunakan
dalam proses budidaya pertanian. Sementara industri hilir merupakan industri
yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap
dikonsumsi atau merupakan industry pascapanen dan pengolahan hasil
pertanian.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Subsistem
Penyediaan Sarana Produksi
Sub
sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran.
Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi
dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi
kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
b. Subsistem
Usahatani atau proses produksi
Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan
pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian.
Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas,
teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini
ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable (lestari), artinya
meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi
tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan
air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan
usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka
c. Subsistem
Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas
pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan
mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat
pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah)
dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan,
pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
d. Subsistem
Pemasaran
Sub
sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik
untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah
pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar
domestik dan pasar luar negeri.
e. Subsistem
Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra
panen dan pasca panen yang meliputi :
§
Sarana Tataniaga
§
Perbankan/perkreditan
§
Penyuluhan Agribisnis
§
Kelompok tani
§
Infrastruktur agribisnis
§
Koperasi Agribisnis
§
BUMN
§
Swasta
§
Penelitian dan
Pengembangan
§
Pendidikan dan
Pelatihan
§
Transportasi
§
Kebijakan Pemerintah
B. Strategi Pengembangan Agribisnis
Ada beberapa
aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis diantaranya
:Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa
yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.Yang sering
kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang
di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor. Dipihak lain, peningkatan produksi
pertanian tidak diikuti oleh perkembangan industri pengolahan ( Membangun
industri berbasis sumberdaya domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan
Agribisnis Vertikal.Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing
diatas keunggulan komparatif. Dalam
arti bahwa membangun daya saing produk agribisnis melalui transformasi
keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, yaitu dengan
cara:Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan
pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih
hilir dan membangun jaringan pemasaran secara internasional, sehingga pada
tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem agribisnis didominasi oleh
produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill labor intensive.
Pembangunan
sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Dengan demikian produk
utama dari sistem agribisnis pada tahap ini merupakan produk bersifat
Technology intensive and knowledge based.Perlu orientasi baru dalam pengelolaan
sistem agribisnis yang selama ini hanya pada peningkatan produksi harus diubah
pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan permintaan pasar serta harus selalu
mampu merespon perubahan selera konsumen secara efisien.
1. Menggerakkan
kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan harmonis.
Untuk menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan
semua pihak yang berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai
dari Petani, Koperasi, BUMN dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang
mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis.
2. Menjadikan
Agroindustri sebagai A Leading Sector.
Agroindustri
adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak
langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup
hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan
agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk
akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan
ekonomi lain yang menyediakan bahan baku(input) lain diluar komoditas
pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll. Dalam mengembangkan
agroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh agroindustri penunjang
lain seperti industri pupuk, industri pestisida, industri bibit/benih, industri
pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan agroindustri seperti
industri mesin perontok dan industri mesin pengolah lain.
3. Membangun
Sistem agribisnis melaluiIndustri Perbenihan
Industri
Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut produk
agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis seperti
atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran,
penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk
bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan racun
juga ditentukan pada industri perbenihan. Oleh karena itu Pemda perlu
mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas unggulan
masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri
perbenihan modern.
4. Dukungan
Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis.
Perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan
oleh Koperasi Petani atau perusahaanagro-otomotif itu sendiri.
5. Dukungan
Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang
akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem Networking baik vertikal
(dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama perusahaan pupuk), yaitu dengan
cara penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi satu dimana yang
sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat pada satu perusahaan pupuk
pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan pupuk harus dibiarkan secara mandiri
sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing satu sama lain dalam mengembangkan
usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi integrasi dalam sistem agribisnis. Serta
perlu dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal yang selama ini
dikembangkan.
6. Pengembangan
Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis.
Koperasi perlu
mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama menjadi
koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya sebagai koperasi
agribisnis. Untuk memperoleh citra
positif layaknya sebuah koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau
Koperasi Agroindustri atau Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha
mulai dari hulu sampai ke hilir.
7. Pengembangan
Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi agribisnis.
Dalam membangun
sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah
informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan informasi pengolahan
serta informasi pasar.
8. Membumikan
pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah
Pembangunan
Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri berbasis
Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di setiap daerah.
9. Dukungan
perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah.
Untuk membangun
agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga pembiayaan memegang
peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari perbankan akan sangat
menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Selama ini yang terjadi adalah
sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada agribisnis daerah, khususnya pada
on farm agribisnis.
10. Pengembangan
strategi pemasaran
Pengembangan strategi pemasaran menjadi
sangat penting peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana preferensi
konsumen terus mengalami perubahan, keadaan pasar heterogen. Dari hal tersebut,
sekarang sudah mulai mengubah paradigma pemasaran menjadi menjual apa yang
diinginkan oleh pasar (konsumen).
11. Pengembangan
sumberdaya agribisnis.
Dalam
pengembangan sektor agribisnis agar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan
pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan
pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM)
Agribisnis sebagai aktor pengembangan agribisnis.
12. Pengembangan
Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis.
Perlu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor
agribisnis komoditas unggulan yang didasarkan pada peta perkembangan komoditas
agribisnis, potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.
13. Pengembangan
Infrastruktur Agribisnis.
Dalam
pengembangan pusat pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan pengembangan
Infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan
udara), jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor dan
lain-lain.
14. Kebijaksanaan
terpadu pengembangan
Ada beberapa bentuk kebijaksanaan
terpadu dalam pengembangan agribisnis.
a. Kebijaksanaan
pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat perusahaan.
b. Kebijaksanaan
tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan usaha sejenis.
c. Kebijaksanaan
pada tingkat sistem agribisnis yang mengatur keterkaitan antara beberapa
sektor.
d. Kebijaksanaan
ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian yang berpengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap agribisnis.
15. Pengembangan
agribisnis berskala kecil.
Ada 3 kebijaksanaan yang harus dilakukan
adalah:
a. Farming
Reorganization
Reorganisasi
jenis kegiatan usaha yang produktif dan diversifikasi usaha yang menyertakan
komoditas yang bernilai tinggi serta reorganisasi manajemen usahatani. Dalam
hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang rata-rata kepemilikan hanya
0,1 Ha.
b. Small-scale
Industrial Modernization
Modernisasi
teknologi, modernisasi sistem, organisasi dan manajemen, serta modernisasidalam
pola hubungan dan orientasi pasar.
c. Services
Rasionalization
Pengembangan
layanan agribisnis dengan rasionalisasi lembaga penunjang kegiatan agribisnis
untuk menuju pada efisiensi dan daya saing lembaga tersebut. Terutama adalah
lembaga keuangan pedesaan, lembaga litbang khususnya penyuluhan.
16. Pembinaan
Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis dan ekonomi
Dalam era
Agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor pendukung pembangunan
agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek bisnis, manajerial dan
berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan agribisnis. Dalam hal ini
perlu reorientasi peran penyuluhan pertanian yang merupakan lembaga pembinaan
SDM petani. Oleh karena itu perlu peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui
pendidikan formal, kursus singkat, studi banding. Serta perlu perubahan fungsi
BPP yang selama ini sebagai lembaga penyuluhan agro-teknis, menjadi KlinikKonsultasiAgribisnis
C.
Peranan
agribisnis sebagai suatu sistem dalam pengembangan sektor pertanian di
Indonesia
Sektor pertanian memiliki peranan penting di
Indonesia karena sektor pertanian mampu menyediakan lapangan kerja, mampu
mendukung sektor industri baik industri hulu maupun industri hilir, mampu
menyediakan keragaman menu pangan dan karenanya sektor pertanian sangat
mempengaruhi konsumsi dan gizi masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya
kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada
masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi
penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor
agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.
Peranan agribisnis sektor pertanian misalnya
dalam penyediaan bahan pangan.
Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas pangan dalam jumlah pada waktu
dan tempat yang terjangkau masyarakat merupakan prasyarat penting bagi
keberhasilan pem-bangunan di Indonesia.
Sejarah modern Indonesia menunjukkan bahwa krisis pangan secara langsung
mempengaruhi kondisi sosial, politik, dan keamanan nasional.
Pada dasarnya tidak perlu diragukan lagi,
bahwa pembangunan ekonomi yang berbasiskan kepada sektor pertanian
(agribisnis), telah memberikan bukti dan dan peranan yang cukup besar dalam
pembangunan perekonomian bangsa, dan tentunya lebih dari itu.
Manfaat pembangunan sistem agribisnis dalam
meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan perekonomian adalah
a)Banyak melibatkan tenaga kerja karena sistem
agribisnis menggunakan sumberdaya alam yang ada yang dapat diperbaharui serta
lebih banyak tenaga kerja yang dilibatkan baik yang berpendidikan maupun yang
tidak berpendidikan.
b)
Mampu meningkatkan efisiensi sektor pertanian hingga hingga menjadi
kegiatan yang sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian.
c)
Agribisnis merupakan penyumbang terbesar dalam PDB non-migas.
d)
Mampu meningkatkan ketahanan dan keamanan bahan pangan.
e)
Mewujudkan pemerataan hasil pembangunan. Untuk mewujudkan pemerataan di
Indonesia perlu digunakan teknologi produksi output nasional yang banyak
menggunakan sumberdaya tersebut.
Melalui pembangunan agribisnis,
yang sumberdayanya tersebar di seluruh pelosok tanah air, diharapkan mampu
melibatkan partisipasi seluruh wilayah dan rakyat Indonesia dan sekaligus ikut
menikmati outputnya melalui pendapatan yang diperoleh dari pembayaran faktor
produksi.
Ada
beberapakendalaatauhambatandalammembangunagribisnis yang ada di Indonesia
yaitusebagaiberikut :
1. Iklim
tidak bisa dikendalikan sehingga perlu membangun strategi dalam membangunagribisnis.
2.
Kurangnya modal bagi para pelaku agribisnis.
3. Infrastruktur
yang belum berkembang dengan baik sehingga menghambat distribusi dalam
pemasaran.
4. Kurangnya
pendampingan agribisnis bagi para pelakunya secara profesional.
5.Kurangnya partisipasi masyarakat dalam
membangun agribisnis dan minimnya pengetahuan dalam pengembangan agribisnis
sebagai pelaku utama.
Upaya konkrit
yang perlu dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut adalah:
1.Melakukan penelitian dan mencari strategi
dengan teknologi yang tepat dalam mengantisipasi iklim yang terjadi.
2.Adanya kebijakan pemerintah bagi dunia
perbankan untuk memudahkan permodalan bagi para pelaku agribisnis.
3. Membangun dan membenahi infrastruktur
khususnya di pedesaan yang menunjang kegiatan agribisnis.
4.Melakukan pendampingan agribisnis kepada
pelaku utama secara profesional dan berkelanjutan.
5.Memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai
keuntungan agribisnis kepada pelaku utama
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Konsep agribisnis merupakan suatu konsep yang
terikat dari subsystem hulu hingga hilir yang berorientasi pada pasar dengan memperhatikan kuantitas, kualitas dan
kontuinitas serta berdaya saing tinggi untuk dapat meningkatkan produktivitas
dan pendapatan pelaku agribisnis. Jika konsep agribisnis dapat diterapkan
dengan baik secara tidak langsung dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap pertumbuhan perekonomian baik dalam pemanfaatan tenaga kerja yang
banyak dari masing-masing subsitem hingga penyediaan pangan nasional. aspek
yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan kegiatan agribisnis diantaranya
:Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa
yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.Yang sering
kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri) berkembang
di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor.beberapakendalaatauhambatandalammembangunagribisnis
yang ada di Indonesia, 1.Iklim tidak bisa dikendalikan
sehingga perlu membangun strategi dalam
membangunagribisnis. 2.Kurangnya
modal bagi para pelaku agribisnis. 3.Infrastruktur yang belum berkembang dengan
baik sehingga menghambat distribusi dalam pemasaran. 4.Kurangnya pendampingan
agribisnis bagi para pelakunya secara profesional.5.Kurangnya partisipasi
masyarakat dalam membangun agribisnis dan minimnya pengetahuan dalam
pengembangan agribisnis sebagai pelaku utama. Peranan agribisnis sektor
pertanian misalnya dalam penyediaan bahan pangan. Ketersediaan berbagai ragam dan kualitas
pangan dalam jumlah pada waktu dan tempat yang terjangkau masyarakat merupakan
prasyarat penting bagi keberhasilan pem-bangunan di Indonesia. Sejarah modern Indonesia menunjukkan bahwa
krisis pangan secara langsung mempengaruhi kondisi sosial, politik, dan
keamanan nasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Saragih, bungaran, siswono Yudo Husodo, dkk.
2005. Pertanian Mandiri. Penebar swadaya, Jakarta.
Saragih,
bungaran. Refleksi Agribisnis. Bogor: IPB Press.http://www.mb.ipb.ac.id/artikel/view/id/fdabc8a88141a4c1c81d24bbf7927db0.html
http://agribisnis.umm.ac.id/id/umm-news-2489-bidang-ilmu-agribisnis-apa-itu-agribisnis-.html